Gumpalan awan raksasa yang mengandung gas hidrogen dalam volume sangat besar tengah melesat mendekati piringan Galaksi Bima Sakti, tempat tata surya kita berada. Tabrakan dahsyat yang diperkirakan terjadi antara 20-40 juta tahun lagi akan menghasilkan kembang api spektakuler di langit. Objek tersebut diberi nama Awan Smith, diambil dari nama Gail Smith, seorang astronom AS yang mendeteksinya pertama kali pada tahun 1963 saat meneliti di Universitas Leiden, Belanda. Sejak ditemukan, para astronom masih berdebat apakah awan tersebut benar-benar mendekati galaksi Bimasakti atau menjauhinya. Rekaman data yang ada selama ini masih terbatas dan tidak jelas apakah objek tersebut bagian dari kabut Bimasakti atau masih bergerak ke arahnya. Sejauh ini, para peneliti hanya mendeteksi gas dan tidak ada satupun bintang di dalamnya. Satu-satunya cara melihtanya adlah dengan teleskop radio karena gas dingin tidak memancarkan cahaya, tetapi memantulkan gelombang radio. Jika dilihat dari Bumi, lebar gumpalan awan tersebut sebanding dengan 30 kali lebar Bulan. Dari kepala ke ujung ekornya cukup untuk menyelimuti rasi bintang Orion. Hasil pengamatan baru menggunakan teleskop radio terkendali paling besar di dunia, Teleskop Green Bank (GBT) di Virginia Barat, AS, menunjukkan bahwa objek tersebut bergerak ke arah galaksi Bimasakti. Bahkan, seperti dilaporkan gabungan tim astronom dari Observatorium Astronomi Radio Nasional AS (NRAO) dan Universitas Winconsin Whitewater dalam pertemuan Masyarakat Astronomi Amerika ke-211 di Austin, Texas baru-baru ini, gaya dorongnya telah menyentuh kabut Bimasakti. "Jika tabrakan terjadi, hal tersebut akan memicu lahirnya formasi bintang-bintang baru. Akan banyak bintang raksasa yang terbentuk, berumur pendek, dan meledak sebagai supernova yang memancarkan cahaya menyilaukan," ujar Ketua tim peneliti, DR. Felix Lockman, dari NRAO. Sebab, Awan Smith membawa energi sangat besar berupa gas hidrogen yang cukup untuk membentuk jutaan bintang seukuran Matahari. Awan Smith merupakan gumpalan gas yang berukuran panjang mencapai 11.000 tahun cahaya dan lebar 2.500 tahun cahaya. Objek tersebut saat ini berada 40.000 tahun cahaya dari Bumi dan 8.000 tahun cahaya dari piringan Bimasakti. Objek yang pantas disebut kabut monster di ruang kosmos ini bergerak dengan kecepatan 240 kilometer perdetik dan diperkirakan menabrak piringan galaksi Bimasakti dengan kemiringan 45 derajat. Tabrakan akan terjadi di pinggir piringan Bimasakti yang jarak ke pusatnya hampir sama dengan jarak tata surya kita ke pusat galaksi. Namun, posisinya jauh dari tata surya kita, diperkirakan berjarak 90 derajat terhadap pusat piringan. "Kami tidak tahu dari mana asalnya, apalagi orbitnya membingungkan, namun kami katakan bahwa ia mulai berinteraksi dengan bagian terluar Bimasakti," tandas Lockman.
Rabu, 27 Oktober 2010
Jop application and curriculum vitae
Curriculum Vitae
Personal Details
Full Name : Febriansyah
Sex : Male
Place, Date of Birth : Ulak Teberau, February 21, 1976
Place, Date of Birth : Ulak Teberau, February 21, 1976
Nationality : Indonesia
Marital Status : Single
Height, Weight :165cm, 60 kg
Health : Perfect
Religion : Moslem
Address : Perum Bumi Sentosa Blok A.5 Palembang
Mobile : 085664655027
Phone : -
E-mail : Ste_vant@yahoo.com
Marital Status : Single
Height, Weight :165cm, 60 kg
Health : Perfect
Religion : Moslem
Address : Perum Bumi Sentosa Blok A.5 Palembang
Mobile : 085664655027
Phone : -
E-mail : Ste_vant@yahoo.com
Educational Background
1997 - 2003 : Elementary School No.1, Ulak Paceh
2003 - 2006 : Junior High School No.2, Babat Toman
2006 - 2009 : Senior High School No.2, Sekayu
2009 -Now : Economics Education Study Program at the Sriwijaya University
Course & Education
2008- 2009 : Accounting course Gilland Ganesha, Lubuklinggau
2008- 2009 : Accounting course Gilland Ganesha, Lubuklinggau
Qualifications
Computer Literate (MS Word, MS Excel, MS Power Point,)Internet Literate.
Working Experience
Working at PT. Silampari Sejahtera, Sekayu
Period : December 2008
Purpose : Full time working
Position : acounting staff
Palembang, October 25,2010
Febriansyah
Palembang, October 25, 2010
Subject: Job Application
Dear.,
Human Resources Manager
PT. Gilland Ganesha
Jl. Durian Raya Kebon No. 11
East Jakarta
Sincerely,
In accordance with job offers from PT. Gilland Ganesha, as contained in the Kompas daily October 23, 2010. I volunteered to join the Team Marketing at PT. Gilland Ganesha.
My brief data, such as the following.
Subject: Job Application
Dear.,
Human Resources Manager
PT. Gilland Ganesha
Jl. Durian Raya Kebon No. 11
East Jakarta
Sincerely,
In accordance with job offers from PT. Gilland Ganesha, as contained in the Kompas daily October 23, 2010. I volunteered to join the Team Marketing at PT. Gilland Ganesha.
My brief data, such as the following.
Name : Febriansyah
Place & date. Born : Ulak Teberau, February 21, 1976
End of Education : Bachelor of Management As-Syafi'iyah Islamic University (UIA) – Jakarta (Concentration in Marketing Management)
Address : Perum Bumi Sentosa Blok A.5 Palembang
Marital Status : Single
I have a very good health condition, and can speak English well orally and in writing. My education background is very satisfying and has the capability of good management and marketing. I have been accustomed to working with using a computer. Mainly operate MS Office application packages, such as Excel, Word, Access, PowerPoint, Outlook, also the internet and on the correspondence in English.
I am currently working as Marketing Staff at PT. Hilmy Finance. I am glad to learn, and can work independently or in teams well.
For your consideration, I enclose:
1. Curriculum Vitae.
2. Photocopy of diploma S-1 and transcripts.
3. Photocopy of certificate courses / training.
4. Recent photograph.
I hope Mr / Mrs willing to take the time to give an interview, so I can explain in more detail about my own potential.
So this cover letter, and thank you for your attention Mr. / Mrs.
Sincerely,
Febriansyah
I have a very good health condition, and can speak English well orally and in writing. My education background is very satisfying and has the capability of good management and marketing. I have been accustomed to working with using a computer. Mainly operate MS Office application packages, such as Excel, Word, Access, PowerPoint, Outlook, also the internet and on the correspondence in English.
I am currently working as Marketing Staff at PT. Hilmy Finance. I am glad to learn, and can work independently or in teams well.
For your consideration, I enclose:
1. Curriculum Vitae.
2. Photocopy of diploma S-1 and transcripts.
3. Photocopy of certificate courses / training.
4. Recent photograph.
I hope Mr / Mrs willing to take the time to give an interview, so I can explain in more detail about my own potential.
So this cover letter, and thank you for your attention Mr. / Mrs.
Sincerely,
Febriansyah
Selasa, 26 Oktober 2010
belajar kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kea rah perubahan.
Selasa, 12 Oktober 2010
Jenis-Jenis Teori Belajar
TEORI BELAJAR GUTHRIE
Hukum Belajar
Menurut Guthrie, teori-teori atau hukum-hukum yang dikemukakan misalnya oleh Pavlov atau Thorndike sangat kompleks yang sebenarnya itu tidak perlu, dan karenya Guthrie hanya mengemukakan suatu hukum saja mengenai belajar, yaitu Hukum Kontiguitas (keterdekatan), sebagai salah satu hokum yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang dinyatakan bahwa “kombinasi dari stimulus yang disertai suatu gerakan (movement), bila stimulus itu timbul lagi, maka hal itu akan didikuti oleh gerakan atau movement tersebut”. Guthrie menggunakan hukum kontinguitas sebagai cornerstone dari teorinya yang unik. Agar kejadian dapat dihubungkan sehingga dapat membentuk asosiasi dalam otak, maka kedua kejadian harus terjadi pada waktu dan tempat yang kira-kira sama. Jadi kedua kejadian itu harus berdekatan,karena itu keterdekatan merupakan dasar terbentuknya asosiasi. Teori kontiguitas memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selain itu, Guthrie juga mengemukakan bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses belajar. Suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang.
Lebih lanjut Guthrie mengatakan “bila individu pada suatu situasi berbuat sesuatu (to do something), pada waktu lain, maka pada situasi yang sama akan dilakukan perbuatan yang sama (to so something)”. Tetapi sebelum meningggal Guthrie merevisi hokum kontiguitasnya itu, yaitu “what is being noticed becomes a signal for what is being done”, apa yang dikemukakan atau dibicarakan, merupakan pertanda apa yang akan dikerjakan (Walgito, Bimo, tanpa tahun: 50). Hukum Guthrie menyatakan bahwa hubungan kombinasi stimuli yang disertai gerakan pada perulangan akan cenderung diikuti oleh gerakan (Guthrie, 1952). Dia mengatakan bahwa semua belajar didasarkan pada asosiasi stimulus-respon.
Guthrie menolak hokum frekuensi. Dia percaya dalam satu percobaan belajar. Satu percobaan belajar menyatakan bahwa dorongan pola memperoleh kekuatan penuh asosiatif pada kesempatan pertama dari pasangan dengan respon. Dia tidak percaya bahwa pembelajaran tergantung pada penguatan. Dia memperkuat didefinisikan sebagai sesuatu yang mengubah situasi rangsangan bagi peserta didik (Thorne dan Henley, 1997). Dia meolak memperkuat karena terjadi setelah asosiasi antara rangsangan dan respon telah terjadi. Dia percaya bahwa pembelajaran adalah proses pembentukan baru stimuli sebagai cues untuk beberapa ditentukan tanggapan (Skills, 1968).
Guthrie percaya bahwa prinsip kebaruan memainkan peran yang penting dalam proses pembelajaran. Prinsip ini menyatakan bahwa yang terakhir dilakukan di hadapan sejumlah stimuli apa yang akan dilakukakan bila terjadi kombinasi rangsangan lagi. Ia percaya bahwa ia adalah waktu hubungan antara ganti rangsangan dan respon yang dihitung. Ketika dua asosiasi yang hadir dengan memberi isyarat yang sama, yang lebih baru ini akan berlaku. Rangsangan-respon sambungan cenderung menjadi lemah dengan waktu berlalu.
TEORI BELAJAR SISTEMATIK HULL
Clark Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin, yaitu mengembangkan sebuah teori dalam versi behavioristisme. Ia menyatakan bahwa stimulus (S) mempengaruhi organisme (O) dan menghasilkan respon itu tergantung pada karakteristik O dan S. Dengan kata lain, Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari variable intervening yang mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif, penghalang, dana kebiasaan.
Teori Hull ini disebut teori mengurangi dorongan (drive reduction theory). Seperti teori-teori behavior lain, reinforcement merupakan factor utama menentukan belajar dimana kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting. Suatu kebutuhan bilogis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Bedanya, dalam Drive Reduction Theory pemenuhan dorongan atau kebutuhan lebih dikurangi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam perilaku daripada dalam teori-teori belajar behaviorisme yang lain. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004).
Secara teoritis, kerangka teori Hull berisi dalil-dalil yang dinyatakan dalam bentuk matematik:
Organisme memilki sebuah hierarki kebutuhan yang muncul karena adanya stimulation atau dorongan;
Kebiasaan yang kuat meningkatkan aktivitas yang diasosiasikan dengan reinforcement primer atau sekunder;
Stimulus diasosiasikan dengan penghentian sebuah respon menjadi penghalang yang dikondisikan;
Lebih efektif reaksi potensi melampaui reaksi minimal, lebih pendek terjadinya penundaan respon (latency response).
Berdasarkan dalil tersebut, Hull menyatakan berbagai macam tipe variable seperti generalisasi, motivasi, dan variabilitas dalam belajar. Dan kemudian Hull merumuskan teorinya dalam bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arqah) sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk: Behaviour = Drive x Habit
Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian, maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner & Calfee, 1996).
Salah satu konsep yang paling penting dalam teori Hull adalah hierarki kebiasaan yang kuat bagi sebuah stimulus yang diberikan, sebuah organisme akan dapat merespon dengan sejumlah cara. Seperti sebuah respon yang spesifik mempunyai sebuah kemungkinan dapatdiubah oleh hadiah dan dipengaruhi oelh berbagai macam variable lain (seperti halangan). Dalam beberapa bacaan tentang teori Hull ini, hirarki kebiasaan yang kuat menyerupai komponen-komponen teori kognitif.
Drive Reduction Theory memiliki beberapa prinsip, yaitu:
Dorongan merupakan agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar);
Stimulus dan respon harus dapat diketahui oelh organisme agar pembiasaan dapat terjadi pembiasaan (siswa harus mempunyai perhatian);
Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif); dan
Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat memnuhi kebutuhan (belajar memuhi keinginan siswa).
TEORI BELAJAR GESTALT
Teori Belajar Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt
Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.
Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebuh dari pada bagian-bagiannya.
Prinsip Belajar yang Penting
Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.
Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Hukum-Hukum Belajar Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum-hukum keterdekatan , ketertutupan, kesamaan , dan kontinuitas.
Hukum Pragnaz.
Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian, yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya.
Medan pengamatan ,jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu , keadaan seimbang . Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri , dan sebagainya dan pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan atau hal itu dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke sifat Pragnaz.
Hukum-hukum tambahan
Ahli-ahli psikologi Gestalt telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan akhirnya mereka menemukan bahwaobjek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu. Adapun prisip-prinsip tersebut dapat dilihat pada hukum-hukum yaitu:
Hukum keterdekatan
Hukum ketertutupan
Hukum kesamaan
Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatakan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan problem, dimengertinya persoalan ; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight.
Timbulnya Insight
Kesangupan
Maksudnya kesanguapan atau kemampuan intelegensi individu.
Pengalaman
Karena belajar, berati akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight.
Taraf kompleksitas dari suatu situasi.
Dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.
Latihan
Dengan banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesangupan memperoleh insght, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
Trial and eror
Sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Menurut Hilgard(1948 : 190-195) memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight :
Insight termasuk pada kemampuan dasar
Kemampuan dasar berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar untuk belajar dengan insight ini.
Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relevan.
Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental
Insight itu didahului oleh suatu periode coba-coba
Belajar dengan insight dapat diulangi
Insight telah dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru
Aplikasi Teori Belajar Gestalt
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
Hukum Belajar
Menurut Guthrie, teori-teori atau hukum-hukum yang dikemukakan misalnya oleh Pavlov atau Thorndike sangat kompleks yang sebenarnya itu tidak perlu, dan karenya Guthrie hanya mengemukakan suatu hukum saja mengenai belajar, yaitu Hukum Kontiguitas (keterdekatan), sebagai salah satu hokum yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang dinyatakan bahwa “kombinasi dari stimulus yang disertai suatu gerakan (movement), bila stimulus itu timbul lagi, maka hal itu akan didikuti oleh gerakan atau movement tersebut”. Guthrie menggunakan hukum kontinguitas sebagai cornerstone dari teorinya yang unik. Agar kejadian dapat dihubungkan sehingga dapat membentuk asosiasi dalam otak, maka kedua kejadian harus terjadi pada waktu dan tempat yang kira-kira sama. Jadi kedua kejadian itu harus berdekatan,karena itu keterdekatan merupakan dasar terbentuknya asosiasi. Teori kontiguitas memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selain itu, Guthrie juga mengemukakan bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses belajar. Suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang.
Lebih lanjut Guthrie mengatakan “bila individu pada suatu situasi berbuat sesuatu (to do something), pada waktu lain, maka pada situasi yang sama akan dilakukan perbuatan yang sama (to so something)”. Tetapi sebelum meningggal Guthrie merevisi hokum kontiguitasnya itu, yaitu “what is being noticed becomes a signal for what is being done”, apa yang dikemukakan atau dibicarakan, merupakan pertanda apa yang akan dikerjakan (Walgito, Bimo, tanpa tahun: 50). Hukum Guthrie menyatakan bahwa hubungan kombinasi stimuli yang disertai gerakan pada perulangan akan cenderung diikuti oleh gerakan (Guthrie, 1952). Dia mengatakan bahwa semua belajar didasarkan pada asosiasi stimulus-respon.
Guthrie menolak hokum frekuensi. Dia percaya dalam satu percobaan belajar. Satu percobaan belajar menyatakan bahwa dorongan pola memperoleh kekuatan penuh asosiatif pada kesempatan pertama dari pasangan dengan respon. Dia tidak percaya bahwa pembelajaran tergantung pada penguatan. Dia memperkuat didefinisikan sebagai sesuatu yang mengubah situasi rangsangan bagi peserta didik (Thorne dan Henley, 1997). Dia meolak memperkuat karena terjadi setelah asosiasi antara rangsangan dan respon telah terjadi. Dia percaya bahwa pembelajaran adalah proses pembentukan baru stimuli sebagai cues untuk beberapa ditentukan tanggapan (Skills, 1968).
Guthrie percaya bahwa prinsip kebaruan memainkan peran yang penting dalam proses pembelajaran. Prinsip ini menyatakan bahwa yang terakhir dilakukan di hadapan sejumlah stimuli apa yang akan dilakukakan bila terjadi kombinasi rangsangan lagi. Ia percaya bahwa ia adalah waktu hubungan antara ganti rangsangan dan respon yang dihitung. Ketika dua asosiasi yang hadir dengan memberi isyarat yang sama, yang lebih baru ini akan berlaku. Rangsangan-respon sambungan cenderung menjadi lemah dengan waktu berlalu.
TEORI BELAJAR SISTEMATIK HULL
Clark Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin, yaitu mengembangkan sebuah teori dalam versi behavioristisme. Ia menyatakan bahwa stimulus (S) mempengaruhi organisme (O) dan menghasilkan respon itu tergantung pada karakteristik O dan S. Dengan kata lain, Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari variable intervening yang mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif, penghalang, dana kebiasaan.
Teori Hull ini disebut teori mengurangi dorongan (drive reduction theory). Seperti teori-teori behavior lain, reinforcement merupakan factor utama menentukan belajar dimana kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting. Suatu kebutuhan bilogis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Bedanya, dalam Drive Reduction Theory pemenuhan dorongan atau kebutuhan lebih dikurangi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam perilaku daripada dalam teori-teori belajar behaviorisme yang lain. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004).
Secara teoritis, kerangka teori Hull berisi dalil-dalil yang dinyatakan dalam bentuk matematik:
Organisme memilki sebuah hierarki kebutuhan yang muncul karena adanya stimulation atau dorongan;
Kebiasaan yang kuat meningkatkan aktivitas yang diasosiasikan dengan reinforcement primer atau sekunder;
Stimulus diasosiasikan dengan penghentian sebuah respon menjadi penghalang yang dikondisikan;
Lebih efektif reaksi potensi melampaui reaksi minimal, lebih pendek terjadinya penundaan respon (latency response).
Berdasarkan dalil tersebut, Hull menyatakan berbagai macam tipe variable seperti generalisasi, motivasi, dan variabilitas dalam belajar. Dan kemudian Hull merumuskan teorinya dalam bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arqah) sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk: Behaviour = Drive x Habit
Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian, maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner & Calfee, 1996).
Salah satu konsep yang paling penting dalam teori Hull adalah hierarki kebiasaan yang kuat bagi sebuah stimulus yang diberikan, sebuah organisme akan dapat merespon dengan sejumlah cara. Seperti sebuah respon yang spesifik mempunyai sebuah kemungkinan dapatdiubah oleh hadiah dan dipengaruhi oelh berbagai macam variable lain (seperti halangan). Dalam beberapa bacaan tentang teori Hull ini, hirarki kebiasaan yang kuat menyerupai komponen-komponen teori kognitif.
Drive Reduction Theory memiliki beberapa prinsip, yaitu:
Dorongan merupakan agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar);
Stimulus dan respon harus dapat diketahui oelh organisme agar pembiasaan dapat terjadi pembiasaan (siswa harus mempunyai perhatian);
Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif); dan
Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat memnuhi kebutuhan (belajar memuhi keinginan siswa).
TEORI BELAJAR GESTALT
Teori Belajar Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt
Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.
Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebuh dari pada bagian-bagiannya.
Prinsip Belajar yang Penting
Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya
Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.
Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Hukum-Hukum Belajar Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum-hukum keterdekatan , ketertutupan, kesamaan , dan kontinuitas.
Hukum Pragnaz.
Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian, yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya.
Medan pengamatan ,jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu , keadaan seimbang . Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri , dan sebagainya dan pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan atau hal itu dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke sifat Pragnaz.
Hukum-hukum tambahan
Ahli-ahli psikologi Gestalt telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan akhirnya mereka menemukan bahwaobjek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu. Adapun prisip-prinsip tersebut dapat dilihat pada hukum-hukum yaitu:
Hukum keterdekatan
Hukum ketertutupan
Hukum kesamaan
Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatakan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan problem, dimengertinya persoalan ; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight.
Timbulnya Insight
Kesangupan
Maksudnya kesanguapan atau kemampuan intelegensi individu.
Pengalaman
Karena belajar, berati akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight.
Taraf kompleksitas dari suatu situasi.
Dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.
Latihan
Dengan banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesangupan memperoleh insght, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
Trial and eror
Sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Menurut Hilgard(1948 : 190-195) memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight :
Insight termasuk pada kemampuan dasar
Kemampuan dasar berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar untuk belajar dengan insight ini.
Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relevan.
Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental
Insight itu didahului oleh suatu periode coba-coba
Belajar dengan insight dapat diulangi
Insight telah dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru
Aplikasi Teori Belajar Gestalt
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
Langganan:
Postingan (Atom)