Selasa, 12 Oktober 2010

Jenis-Jenis Teori Belajar

TEORI BELAJAR GUTHRIE

Hukum Belajar

Menurut Guthrie, teori-teori atau hukum-hukum yang dikemukakan misalnya oleh Pavlov atau Thorndike sangat kompleks yang sebenarnya itu tidak perlu, dan karenya Guthrie hanya mengemukakan suatu hukum saja mengenai belajar, yaitu Hukum Kontiguitas (keterdekatan), sebagai salah satu hokum yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang dinyatakan bahwa “kombinasi dari stimulus yang disertai suatu gerakan (movement), bila stimulus itu timbul lagi, maka hal itu akan didikuti oleh gerakan atau movement tersebut”. Guthrie menggunakan hukum kontinguitas sebagai cornerstone dari teorinya yang unik. Agar kejadian dapat dihubungkan sehingga dapat membentuk asosiasi dalam otak, maka kedua kejadian harus terjadi pada waktu dan tempat yang kira-kira sama. Jadi kedua kejadian itu harus berdekatan,karena itu keterdekatan merupakan dasar terbentuknya asosiasi. Teori kontiguitas memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selain itu, Guthrie juga mengemukakan bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses belajar. Suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang.

Lebih lanjut Guthrie mengatakan “bila individu pada suatu situasi berbuat sesuatu (to do something), pada waktu lain, maka pada situasi yang sama akan dilakukan perbuatan yang sama (to so something)”. Tetapi sebelum meningggal Guthrie merevisi hokum kontiguitasnya itu, yaitu “what is being noticed becomes a signal for what is being done”, apa yang dikemukakan atau dibicarakan, merupakan pertanda apa yang akan dikerjakan (Walgito, Bimo, tanpa tahun: 50). Hukum Guthrie menyatakan bahwa hubungan kombinasi stimuli yang disertai gerakan pada perulangan akan cenderung diikuti oleh gerakan (Guthrie, 1952). Dia mengatakan bahwa semua belajar didasarkan pada asosiasi stimulus-respon.



Guthrie menolak hokum frekuensi. Dia percaya dalam satu percobaan belajar. Satu percobaan belajar menyatakan bahwa dorongan pola memperoleh kekuatan penuh asosiatif pada kesempatan pertama dari pasangan dengan respon. Dia tidak percaya bahwa pembelajaran tergantung pada penguatan. Dia memperkuat didefinisikan sebagai sesuatu yang mengubah situasi rangsangan bagi peserta didik (Thorne dan Henley, 1997). Dia meolak memperkuat karena terjadi setelah asosiasi antara rangsangan dan respon telah terjadi. Dia percaya bahwa pembelajaran adalah proses pembentukan baru stimuli sebagai cues untuk beberapa ditentukan tanggapan (Skills, 1968).

Guthrie percaya bahwa prinsip kebaruan memainkan peran yang penting dalam proses pembelajaran. Prinsip ini menyatakan bahwa yang terakhir dilakukan di hadapan sejumlah stimuli apa yang akan dilakukakan bila terjadi kombinasi rangsangan lagi. Ia percaya bahwa ia adalah waktu hubungan antara ganti rangsangan dan respon yang dihitung. Ketika dua asosiasi yang hadir dengan memberi isyarat yang sama, yang lebih baru ini akan berlaku. Rangsangan-respon sambungan cenderung menjadi lemah dengan waktu berlalu.



TEORI BELAJAR SISTEMATIK HULL

Clark Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin, yaitu mengembangkan sebuah teori dalam versi behavioristisme. Ia menyatakan bahwa stimulus (S) mempengaruhi organisme (O) dan menghasilkan respon itu tergantung pada karakteristik O dan S. Dengan kata lain, Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari variable intervening yang mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif, penghalang, dana kebiasaan.

Teori Hull ini disebut teori mengurangi dorongan (drive reduction theory). Seperti teori-teori behavior lain, reinforcement merupakan factor utama menentukan belajar dimana kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting. Suatu kebutuhan bilogis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Bedanya, dalam Drive Reduction Theory pemenuhan dorongan atau kebutuhan lebih dikurangi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam perilaku daripada dalam teori-teori belajar behaviorisme yang lain. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004).

Secara teoritis, kerangka teori Hull berisi dalil-dalil yang dinyatakan dalam bentuk matematik:

Organisme memilki sebuah hierarki kebutuhan yang muncul karena adanya stimulation atau dorongan;

Kebiasaan yang kuat meningkatkan aktivitas yang diasosiasikan dengan reinforcement primer atau sekunder;

Stimulus diasosiasikan dengan penghentian sebuah respon menjadi penghalang yang dikondisikan;

Lebih efektif reaksi potensi melampaui reaksi minimal, lebih pendek terjadinya penundaan respon (latency response).

Berdasarkan dalil tersebut, Hull menyatakan berbagai macam tipe variable seperti generalisasi, motivasi, dan variabilitas dalam belajar. Dan kemudian Hull merumuskan teorinya dalam bentuk persamaan matematis antara drive (energi) dan habit (arqah) sebagai penentu dari behaviour (perilaku) dalam bentuk: Behaviour = Drive x Habit

Karena hubungan dalam persamaan tersebut berbentuk perkalian, maka ketika drive = 0, makhluk hidup tidak akan bereaksi sama sekali, walaupun habit yang diberikan sangat kuat dan jelas (Berliner & Calfee, 1996).

Salah satu konsep yang paling penting dalam teori Hull adalah hierarki kebiasaan yang kuat bagi sebuah stimulus yang diberikan, sebuah organisme akan dapat merespon dengan sejumlah cara. Seperti sebuah respon yang spesifik mempunyai sebuah kemungkinan dapatdiubah oleh hadiah dan dipengaruhi oelh berbagai macam variable lain (seperti halangan). Dalam beberapa bacaan tentang teori Hull ini, hirarki kebiasaan yang kuat menyerupai komponen-komponen teori kognitif.

Drive Reduction Theory memiliki beberapa prinsip, yaitu:

Dorongan merupakan agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar);

Stimulus dan respon harus dapat diketahui oelh organisme agar pembiasaan dapat terjadi pembiasaan (siswa harus mempunyai perhatian);

Respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan (siswa harus aktif); dan

Pembiasaan hanya terjadi jika reinforcement dapat memnuhi kebutuhan (belajar memuhi keinginan siswa).


TEORI BELAJAR GESTALT

Teori Belajar Gestalt

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.

Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt

Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.

Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.

Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebuh dari pada bagian-bagiannya.

Prinsip Belajar yang Penting

Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya

Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.

Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.

Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.

Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.

Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakan seluruh organisme.

Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.

Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.

Hukum-Hukum Belajar Gestalt

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum-hukum keterdekatan , ketertutupan, kesamaan , dan kontinuitas.

Hukum Pragnaz.

Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian, yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik , keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan ,kestabilan, simetri dan sebagainya.

Medan pengamatan ,jadi juga setiap hal yang dihadapi oleh individu, mempunyai sifat dinamis, yaitu cendrung untuk menuju keadaan Pragnaz itu , keadaan seimbang . Keadaan yang problematis adalah keadaan yang tidak Pragnaz, tidak teratur, tidak sederhana, tidak stabil, tidak simetri , dan sebagainya dan pemecahan problem itu ialah mengadakan perubahan kedalam struktur medan atau hal itu dengan memasukkan hal-hal yang dapat membawa hal problematis ke sifat Pragnaz.

Hukum-hukum tambahan

Ahli-ahli psikologi Gestalt telah mengadakan penelitian secara luas dalam bidang penglihatan dan akhirnya mereka menemukan bahwaobjek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi Gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu. Adapun prisip-prinsip tersebut dapat dilihat pada hukum-hukum yaitu:

Hukum keterdekatan

Hukum ketertutupan

Hukum kesamaan

Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatakan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan problem, dimengertinya persoalan ; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight.

Timbulnya Insight

Kesangupan

Maksudnya kesanguapan atau kemampuan intelegensi individu.

Pengalaman

Karena belajar, berati akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight.

Taraf kompleksitas dari suatu situasi.

Dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.

Latihan

Dengan banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesangupan memperoleh insght, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.

Trial and eror

Sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.

Menurut Hilgard(1948 : 190-195) memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight :

Insight termasuk pada kemampuan dasar

Kemampuan dasar berbeda-beda dari individu yang satu ke individu yang lain. Pada umumnya anak yang masih sangat muda sukar untuk belajar dengan insight ini.

Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yang relevan.

Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental

Insight itu didahului oleh suatu periode coba-coba

Belajar dengan insight dapat diulangi

Insight telah dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru


Aplikasi Teori Belajar Gestalt

Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

1 komentar: